Masih ingat Pilkada Pamekasan, 2018, paman dan ponakan bertarung keras merebut kursi Bupati, mereka adalah Kiai Kholilurrahman dan Baddrut Tamam, tak ada kata mengalah, mereka bertarung bebas, saling sindir, saling bongkar celah, hingga masalah privasi pun harus terbongkar.
Betapa kerasnya pertarungan dua politisi titisan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) lima tahun silam, saling membalikkan fakta dan isu politik, tapi kubu Kholilurrahman kalah cerdik mematahkan opinion.
Misalnya, dukungan empat pilar ulama pesantren kepada Kholilurrahman, Ponpes Darul Ulum Banyuanyar, Al-Hamidy, Miftahul Ulum Panyepen, dan Bata-bata. Klaim dukungan itu dibantah keras kubu Baddrut Tamam sekalipun dukungan empat pilar itu nyata.
Kabu Baddrut Tamam bukan licik, lagi-lagi mereka cerdik mamainkan isu di media online dan Medsos, mereka kompak bersuara lantang bahwa Ponpes Bata-bata tidak berpolitik praktis, dukungan Ponpes Bata-bata kepada Kholilurrahman tidak benar.
Suara lantang kubu Baddrut Tamam tidak keliru, karena tokoh sentral Ponpes Bata-bata berbeda pandangan soal politik waktu itu, KH. Thohir Zain (alm) memilih netral, tidak melibatkan Ponpes ke area politik praktis, sementara KH. Faisol mendukung Kholilurrahman, sikap berbeda itu diobrak-abrik lawan hingga berhasil memecah suara basis pesantren.
Selain kercedikan itu, Baddrut Taman mengeluarkan jurus ulama non blok Pamekasan, yakni dukungan pengasuh Ponpes Sidogiri dan pengasuh Ponpes Walisongi Asembagus Situbondo, pimpinan Ponpes ini panutan ulama Madura.
El Clasico Jilid II
Kedua tokoh ini potensi kembali bertarung pada Pilkada tahun ini, 2024. Kholilurrahman maupun Baddrut Tamam sudah berburu rekomendasi partai. Kholilurrahman bolak-bali mengambil dan setor berkas formulir kesejumlah partai, Baddrut Tamam lebih pasif. Selain status incumbent, ia elit PKB, diyakni lebih mudah mengenggam rekomendasi.
Kendati sama-sama belum mendapatkan rekomendasi partai, tapi tensi politik dua kubu ini mulai panas, mirip El Clasico Real Madrid Vs Barcelona, panas sebelum masuk arena pertempuran.
Bahkan, ada yang membandingkan capain program dan prestasi Kholilurrahman dan Baddrut Tamam masa menjadi Bupati Pamekasan, tak kalah penting, masyarakat membandingkan kebijakan harga tembakau, lebih’Mahal’ masa Baddrut Tamam.
Saat ini, publik menilai Kiai Kholilirrahman dan Baddrut Tamam, musuh ‘Bebuyatan’. Sekali bertempur, tidak tanggung, totalitas. Apapun caranya harus menang sekalipun harus berakhir di Mahkamah Konstitusi (MK) seperti Pilkada 2018.
* Moh Ridwan, Penulis adalah Jurnalis dan Sutradara Teater