QOLBI.ID, PAMEKASAN – Umamah asal Desa Jambringin, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura, dikejutkan dua sosok pemuda yang belum dikenal mendatangi kediamannya.
Dua pemuda itu utusan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), MH Said Abdullah, Sekretaris PDI Perjuangan Pamekasan, Nadi Mulyadi dan Ketua Said Abdullah Institute, Taufadi.
Saat tiba di halaman rumah Umamah, Nadi dan Taufadi yang bermaksud menyerahkan bantuan dari Said Abdullah, melihat Umamah tengah menggendong anak kedua yang masih berusia 8 tahun, Ira, sementara anak tertuanya tengah bermain di halaman rumah, Kaila (9).
Kendati kendatangan dua politikus tak dikenal sebelumnya, Ummah menyambut baik dan ramah, ia tidak sungkan ngobrol dan saling ta’aruf.
Ditengah obralan, Nadi menuturkan hanya tahu raut wajah Umamah lewat foto saat menerima nasi kotak, bantuan dari Relawan Puan Maharani, beberapa waktu lalu.
Foto Umamah itu menyebar dikalangan politikus PDI Perjuangan Madura, termasuk Said Abdullah.
Said Abdullah yang mempunyai jiwa sosial tinggi, langsung meminta kepada Nadi untuk menelusiri identitas Umamah, yang belakangan diketahui ditinggal merantau ke Madiun oleh suaminya, Mulut.
“MH Said Abdullah bermaksud memberikan bantuan,” kata Nadi Mulyadi, Minggu, 5 September 2021.
Bantuan uang tunai yang dititipkan kepada Nadi dan Taufadi sebanyak Rp 10 juta dan sembako. Saat Ummah mendengar dapat bantuan langsung terkejut haru.
“Sakalangkong Pak, Sakalangkong Pak, (terimakasih Pak),”
Umamah tidak banyak komentar, kecuali menyambaikan terimakasih berulang kepada Said Abdullah dan utusannya, Nadi serta Taufadi.
Menutur Nadi, Said Abdullah yang saat ini Ketua Banggar DPR RI serta Ketua DPP PDI Perjuangan, menitip salam kepada penerima bantuan, untuk dimanfaatkan sesuai kebutuhan.
“Ini salah satu bentuk kepedulian MH said Abdullah, yang bersangkutan ingin membantu meringankan beban hidup supaya lebih layak. Semoga ini bermanfaat,” kata Nadi.
Nadi sekilas bercerita tentang biaya hidup Ummah yang tergantung kepada suaminya yangg saat ini bekerja di Madiun, sebagai pencari barang rongsokan atau barang bekas, sedangkan waktu dan jumlah uang yang dikirim suaminya setiap setengah bulan hanya Rp 200,000. Umamah sendiri hanya membantu jualan katul di pasar Proppo.
“Untuk kondisi saat ini, Covid-19, seringkali tidak mendapatkan kiriman uang,” tutur Nadi.(ros/her)